Kita harus mengakui bahwa saat ini negeri tetangga yang satu ini memang lebih kreatif dibandingkan negeri tercinta kita Indonesia. Jika ada khabar bahwa Malaysia banyak belajar dari kita akan industri perminyakan, mereka belajar banyak dari kita mengenai pemerintahan, meng-impor dosen-dosen berkualitas yang terbaik dari negeri ini, dan lain sebagainya seolah-olah bangsa kita ini jauh lebih pintar dari mereka, ternyata itu semua hanyalah sedikit cerita untuk menutupi kekalahan persaingan bangsa ini dengan bangsa-bangsa lain.
Kita punya keanekaragaman budaya yang tidak dimiliki bangsa lain, tapi kita tidak bisa mengurusnya, kita memiliki banyak pulau-pulau kecil yang indah tapi kita tidak bisa menjaganya, kebanyakan dari kita memang tidak mau belajar hal kecil dari manapun sumber ilmu itu berada. Faktanya Negeri Jiran yang kita kenal sebagai plagiator, pencuri budaya kita, tapi mereka lebih maju dari segi ekonomi, Petronas yang mendunia yang jauh dari masalah seperti Pertamina dan Pendidikan yang lebih berkualitas sebagai contoh kecilnya.
Bedanya adalah walaupun Plagiator ataupun pencuri budaya, mereka lebih maju dan kreatif dibanding bangsa kita, mereka mau meniru negera lain tapi mereka mengembangkan apa yang ditirunya, mereka mencuri budaya kita, tapi mereka pintar mempublikasikan ke dunia, alam mereka tidak lebih indah dan budaya mereka tidak lebih menarik tapi mereka lebih pandai menarik simpati dunia untuk menikmati alam dan budayanya.
Upin-Ipin memiliki rating tontonan keluarga yang tinggi di Inodesia, kenapa? Jika kita sempat menonton serial upin-ipin tentu kita bisa melihat kelebihan kualitas disbanding produksi Indonesia, misal, dari ceritanya, Upin Ipin memiliki cerita yang sederhana, mudah dicerna dan menarik terutama bagi anak-anak, coba bandingkan dengan sinetron kita. Dari visualisasi kartun, coba bandingkan dengan serial kartun Indonesia yang pernah tayang di televise, Jika Anda pernah menonton kartun Gatot Kaca atau Arjuna, sangat jauh disbanding Upin Ipin dimana tingkat kekakuan gerak kartun Indonesia masih sangat tampak terlihat.
Kita punya keanekaragaman budaya yang tidak dimiliki bangsa lain, tapi kita tidak bisa mengurusnya, kita memiliki banyak pulau-pulau kecil yang indah tapi kita tidak bisa menjaganya, kebanyakan dari kita memang tidak mau belajar hal kecil dari manapun sumber ilmu itu berada. Faktanya Negeri Jiran yang kita kenal sebagai plagiator, pencuri budaya kita, tapi mereka lebih maju dari segi ekonomi, Petronas yang mendunia yang jauh dari masalah seperti Pertamina dan Pendidikan yang lebih berkualitas sebagai contoh kecilnya.
Bedanya adalah walaupun Plagiator ataupun pencuri budaya, mereka lebih maju dan kreatif dibanding bangsa kita, mereka mau meniru negera lain tapi mereka mengembangkan apa yang ditirunya, mereka mencuri budaya kita, tapi mereka pintar mempublikasikan ke dunia, alam mereka tidak lebih indah dan budaya mereka tidak lebih menarik tapi mereka lebih pandai menarik simpati dunia untuk menikmati alam dan budayanya.
Upin-Ipin memiliki rating tontonan keluarga yang tinggi di Inodesia, kenapa? Jika kita sempat menonton serial upin-ipin tentu kita bisa melihat kelebihan kualitas disbanding produksi Indonesia, misal, dari ceritanya, Upin Ipin memiliki cerita yang sederhana, mudah dicerna dan menarik terutama bagi anak-anak, coba bandingkan dengan sinetron kita. Dari visualisasi kartun, coba bandingkan dengan serial kartun Indonesia yang pernah tayang di televise, Jika Anda pernah menonton kartun Gatot Kaca atau Arjuna, sangat jauh disbanding Upin Ipin dimana tingkat kekakuan gerak kartun Indonesia masih sangat tampak terlihat.
Tapi menurut saya yang lebih kreatif dan berbahaya adalah efek dari ceritanya, sebagian besar yang menonton Upin-Ipin adalah anak-anak, dimana memori dan ingatan anak-anak jauh lebih kuat disbanding orang dewasa, coba saja ketika kita kecil menonton serial Unyil, ketika kita ditanya sosok pak ogah kita langsung teringat dengan sosok laki-lagi dengan kepala botak, ketika kita ditanya pak raden kita mengenalnya dengan sosok bapak-bapak yang galak dan berkumis, ketika kita ditanya bu Bariah tentu kita mengenalnya sebagai sosok ibu-ibu penjual rujak dengan logat yang khas dari Madura.
Coba kita tilik sedikit di Upin-Ipin, ada sekilas adegan yang tayangkan bahwa ada sesosok dalang dalam ceritanya yang berasala dari negeri jiran tersebut, yang berarti menunjukkan bahwa dalang itu merupakan budaya mereka. Anak-anak kita yang masih kecil tentu tidak tau menahu ada perseteruan budaya antara bangsa ini dengan negeri jiran, yang kita takutkan adalah ketika anak-anak kita kurang memahami budaya kita, ketika ditanya darimana dalang itu berasal, tentu yang pernah melihat Upin-Ipin mereka menjawab dalang adalah budaya Malaysia, karena yang terlintas dibenak mereka adalah apa yang telah mereka tonton.
Bukan maksud saya sebagai kampanye negatif atas kartun Upin-Ipin, tapi lebih menggugah mengapa bangsa ini tidak bisa menciptakan sesuatu seperti halnya kartun Upin-Ipin yang menonjolkan kebudayaan mereka dan di susun secara apik sehingga menjadi tontonan keluarga yang mendidik dan bermutu, terus teran saya lebih mengijinkan anak-anak saya menonton Upin-Ipin dibandingkan menonton sinetron Indonesia. As a great nation, we should not feel ashamed to learn from other nations, if Malaysia is currently more advanced nation, why dont we learn from their progress! Jayalah Terus Bangsaku Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar