DI PERSILAKAN BAGI TEMEN-TEMEN YANG INGIN MEMPOSTING KOMENTAR ATAS ARTIKEL YANG DIPAMPANG DI BLOG INI, SAYA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR DAN MASUKANNYA

Selasa, 24 Juni 2008

Bayi Buaya 'Ngobrol' Sebelum Menetas

WASHINGTON, SELASA - Bayi buaya mulai "bercakap-cakap" satu dengan yang lain dan dengan induk mereka beberapa saat sebelum menetas. Agaknya mereka mengeluarkan suara sebagai tanda bahwa sudah tiba waktunya untuk lahir.Buaya-buaya kecil itu mengeluarkan suara "heem! hemm! hemm!" tepat sebelum menetas, tulis Amelie Vergne dan Nicolas Mathevon, dua peneliti dari Universite Jean Monnet di Saint-Etienne, Prancis, Senin (23/6) atau Selasa (24/6) . "Induk buaya bereaksi sangat kuat untuk memainkan kembali panggilan pra-penetasan, kebanyakan dari mereka dengan menggali pasir," tulis kedua peneliti tersebut di jurnal Current Biology. Peneliti itu mengamati 10 buaya dan telurnya, mencatat suara yang dikeluarkan bayi buaya tersebut dan kemudian memainkannya, serta suara acak, ke induk buaya. Suara itu tampaknya menggelitik bayi buaya untuk mulai memecahkan kulit telur mereka, tulis Vergne dan Mathevon. "Di kebun binantang kami melakukan uji coba, telur dipindahkan dalam beberapa hari setelah dikeluarkan induk buaya. Meskipun begitu, betina buaya tetap menjaga sarangnya," kata mereka. Mathevon mengatakan banyak bayi buaya mulai makan tepat setelah menetas, jadi mungkin penting bagi mereka semua untuk menetas secara bersama dan bagi induk mereka untuk berada di sana saat mereka menetas. "Dalam kondisi ini, penting bagi semua embrio di sarang itu untuk siap menetas pada saat bersamaan sehingga mereka semua dapat menerima perlindungan dan perawatan buaya dewasa," kata Mathevon dalam satu pernyataan.
Selengkapnya...

Rabu, 18 Juni 2008

the New 7 Wonders of Nature Nominees

Komodo National Park, National Park
Current rank: 13

Indonesia’s Komodo National Park includes the three larger islands Komodo, Rinca and Padar, as well as numerous smaller ones, for a total area of 1,817 square kilometers (603 square kilometers of it land). The national park was founded in 1980 to protect the Komodo dragon. Later, it was also dedicated to protecting other species, including marine animals. The islands of the national park are of volcanic origin.
Lake Toba
Current rank: 22
Lake Toba is the largest volcanic lake in the world. At 100 km long and 30 km wide, measuring 505 m at its deepest point, it is situated in the middle of the northern part of the Indonesian island of Sumatra. Surrounded by tall mountains, it cradles the large island of Samosir in its middle.

Krakatau, Volcanic Islands
Current rank: 24
Nestled between the large Indonesian islands of Java and Sumatra is the Krakatau Volcano National Park. In the fourth century, a single marine volcano stood at this site, but in 416 A.D., the caldera of the volcano collapsed. The remnants formed a new caldera, or volcanic feature formed by the collapse of land following an eruption, around 7 km in diameter, with the peak’s remnants becoming the three islands of Verlaten, Lang and Krakatau. This volcano remnant was not dormant, however, and in August 1883, the volcano on Krakatau erupted with such violence that the sound was heard as far away as Madagscar and Alice Springs, Australia, thousands of km away. It was one of the largest terrestrial explosions in recorded history. The eruption also caused a tsunami 40 m high. Since 1927, continued eruptions and outflow material has formed a fourth island in the park, Anak Krakatau, or “Child of Krakatau.
Selengkapnya...

Selasa, 17 Juni 2008

Vancouver, 'kota tinggal terbaik' dunia


Vancouver adalah tempat terbaik untuk tinggal, demikian hasil survey Economist Intelligence Unit (EIU). EIU membuat peringkat untuk 127 kota dari segi risiko pribadi, prasarana dan ketersediaan barang dan jasa. Semua kota yang masuk golongan "liveability" kelayakan untuk hidup berada di Kanada, Australia dan Eropa Barat.
Sedangkan, tempat terburuk untuk tinggal adalah Aljirs di Aljazair, dan Port Moresby di Papua New Guinea, sebab "banyak aspek tantangan kehidupan sehari-hari," kata EIU.
Tempat aman
Kota-kota Kanada mendapat skor bagus dalam peringkat EIU. Demikian juga kota Wina, Austria, dan Jenewa, Swiss, sebab kota-kota tersebut tidak dipandang sebagai sasaran serangan teror.

SEPULUH TERATAS
Vancouver
Melbourne
Wina
Jenewa
Perth
Adelaide
Sydney
Zurich
Toronto
Calgary
Sumber: EIU
Ketidakmenentuan utama bagi warga yang tinggal di kota-kota tersebut terkait dengan iklim, kata EIU. "Dalam iklim politik dunia saat ini, tidak mengagetkan bahwa tujuan-tujuan yang paling dipilih adalah kota-kota yang memiliki ancaman terorisme yang dianggap rendah," kata Jon Copestake, editor laporan EIU. Survei ini menghasilkan gambaran beragam kota-kota dunia. London berada di kelompok peringkat ke-10, setara dengan Dublin, Irlandia, dan Los Angeles, tapi satu posisi di bawah Manchester, empat di belakang Berlin, lima posisi lebih rendah daripada Tokyo, dan enam posisi dari Helsinki, Frankfurt dan Stockholm.

SEPULUH TERBAWAH
Tehran
Douala
Harare
Abidjan
Phnom Penh
Lagos
Karachi
Dhaka
Aljiers
Port Moresby
Sumber: EIU


Di Amerika Latin, "tidak satu pun kota berhasil menyuguhkan kondisi hidup yang ideal, tapi tidak satupun kota masuk golongan tempat yang memiliki kesulitan ekstrim," kata EIU. Montevideo di Uruguay, Santiago di Chile dan Buenos Aires di Argentina menawarkan kondisi terbaik untuk kawasan Amerika Latin. Sementara, Bogota di Kolombia dan Karacas di Venezuela mendapatkan skor paling rendah.


Di Asia, kota-kota di Jepang, Korea Selatan, Singapura, Cina dan Taiwan semua meraih skor bagus. Demikian juga kota-kota utama Australia. Afrika dan Timur Tengah memproleh skor lebih rendah. EIU menyebut kekhawatiran soal serangan teror dan ketidakstabilan ekonomi dan politik di sana. Sebagian dari kota-kota peringkat bawah menurut hasil survei EIU, termasuk Harare di Zimbabwe dan Lagos di Nigeria.
Selengkapnya...

Jumat, 13 Juni 2008

Siapa yang berjalan paling efisien ?

Mereka adalah para wanita di pedalaman Afrika, yang mesti mengangkat beban berat di atas kepalanya. Beban itu membuat mereka memodifikasi gaya berjalan hingga - dengan sebuah cara - menjadi lebih hemat energi, lebih sedikit menegangkan otot dan memungkinkan memikul beban lebih berat dengan lebih lama.
Rahasia berjalan para perempuan itu terletak pada cara tubuh memindahkan energi antara setengah langkah bagian pertama dan setengah langkah bagian kedua.
Tahukah Anda ?
Kebanyakan orang berjalan tidak efisien, hanya memanfaatkan 65 persen energi yang diambil. Sebanyak 35 persen energi hilang untuk menggerakkan otot yang tak perlu.

1. setengah langkah bagian pertama
Pusat berat tubuh... naik sedikit pada setengah langkah, gerak maju melambat; energi kinetik turun.Ketika gerak laju melambat, energi kinetik berubah menjadi energi potensial, yang terus meningkat seiiring menurunnya energi kinetik.

2. Setengah langkah bagian kedua
Energi potensial berubah kembali menjadi energi kinetik, bersamaan dengan bergeraknya pusat berat tubuh ke bawah.

Kuncinya adalah beban di atas kepala
Beban di kepala tanpa disadari meningkatkan transfer energi hingga 80 persen atau lebih, membebaskan otot-otot untuk mengangkat beban.

Tanpa beban di kepala, efisiensi itu tak dicapai karena jumlah penurunan energi potensial pada setengah langkah bagian kedua tak sebanding dengan peningkatan energi kinetik, yang terjadi karena tubuh tak segera maju ke depan, menyebabkan kehilangan sejumlah energi.
Selengkapnya...

Kamis, 12 Juni 2008

Rising stars with Europe in their sights

Wayne Rooney, Petr Čech and Cristiano Ronaldo were just three of the names whose reputations were established on the biggest stage at UEFA EURO 2004™. Now four years on euro2008.com takes its pick of some the rising stars who hope to follow in their footsteps by shining this month in Austria and Switzerland.
Igor Akinfeev, 22, RussiaIgor Akinfeev travelled with Russia as an 18-year-old to UEFA EURO 2004™. He was his country's third-choice goalkeeper then but now, despite being restricted to just six qualifying appearances through injury, is firmly established again as Guus Hiddink's No1. A UEFA Cup winner in 2005, Akinfeev is among the most exciting young goalkeepers in the European game.
Alberto Aquilani, 23, ItalyAquilani "could become one of the best players in the world" according to Italy captain Gianluigi Buffon. The AS Roma midfielder was a surprise inclusion for Italy's friendly against Belgium and showed why by setting up Antonio Di Natale in the Azzurri's 3-1 win. The complete midfielder, Aquilani faces tough competition in an experienced squad but could prove a wild card off the bench, especially when Italy need goals.
Karim Benzema, 20, France Benzema needs no introduction after his 20 goals helped Olympique Lyonnais win the French title and established him as the youngest player to finish top scorer in France's top flight. That, though, is just the beginning for 'The Benz' who has already scored three times in nine appearances for France and will be more than just a foil for Thierry Henry.
Martin Fenin, 21, Czech RepublicFenin may be the youngest player in the Czech Republic squad but expectations are rising fast, particularly with Milan Baroš far from the form that saw him top the scoring chart at UEFA EURO 2004™. Fenin shone in the team that finished runners-up at the 2007 FIFA U-20 World Cup and has continued to impress since leaving FK Teplice for Eintracht Frankfurt in January.
Mario Gómez, 22, GermanyArguably the most exciting individual to have broken into the Germany fold since the last FIFA World Cup, Mario Gómez has scored 33 league goals in the past two seasons for VfB Stuttgart. Tall, two-footed and with a keen eye for goal, the 22-year-old is wanted by a host of top European clubs and could raise his transfer value considerably at UEFA EURO 2008™. Likely to start alongside Miroslav Klose.
Erwin Hoffer, 21, AustriaHost nation Austria are pinning their hopes on rising star 'Jimmy' Hoffer who caught the eye at the 2007 FIFA U-20 World Cup, when his three goals helped fire Austria to an unexpected fourth-placed finish. The dynamic young front-runner further raised his profile by winning the Austrian Bundesliga with SK Rapid Wien this season. Speed is Hoffer's greatest weapon and Austria will need him at his best if they are to spring a surprise in Group B.
Luka Modrić, 22, CroatiaMuch is expected of this central midfielder who has rapidly become key to Croatia's chances. One of the most technically gifted players in coach Slaven Bilić's squad, he can pull off passes other players might not even see, and though slim, his pace keeps him clear of more physical opponents. Reminiscent at times of Lionel Messi, he has even been compared with the great Johan Cruyff. Tottenham Hotspur FC fans will be watching their new signing with particular interest.
João Moutinho, 21, PortugalJoão Moutinho has been around longer than his age suggests. He made his debut at Sporting Clube de Portugal at 18 and had already played 100 times for the club by the time he was 20. A versatile midfielder who is happy in both defensive or attacking roles, he first played for Portugal three years ago, and is now becoming increasingly influential in Luiz Felipe Scolari's plans.
David Silva, 22, SpainDavid Silva may be slight of frame but his fearless attitude and quick feet make him a handful for any defence. Known for his dashes up the left touchline to deliver a dangerous cross, the Valencia CF player is also capable of drifting infield to provide assistance to his attackers. Represented Spain at the 2005 FIFA U-20 World Cup where he scored four goals.
Vassilis Torosidis, 22, GreeceTorosidis will celebrate his 23rd birthday on 10 June, when Greece kick off the defence of their title against Sweden. Nominally a right -back, he plays on the left for his country but is comfortable anywhere across the back line or even as a defensive midfielder. His rise has been rapid since he swapped Skoda Xanthi FC for CFP Olympiacos in January 2007 and his performances in the UEFA Champions League have drawn admiring glances from some of Europe's leading clubs.
Selengkapnya...

Rabu, 11 Juni 2008

Laptop $100 Negroponte Menuai Kontroversi


Jakarta (ANTARA News) - Gebrakan Asus dan Intel dengan laptop murahnya eee PC cukup mengagumkan, namun sesuatu yang lebih dahsyat tengah berlangsung saat pendiri lembaga nirlaba One Laptop Per Child (OLPC) , Prof. Nicholas Negroponte, mengembangkan produk sejenis yang jauh lebih murah hanya 100 dolar per unit yang kalau dikonversi ke dalam rupiah harganya kurang dari 1 juta.

Laptop yang diproduksi untuk program bantuan bagi anak-anak sekolah di negara berkembang ini mengundang reaksi dari berbagai kalangan, baik pakar maupun industri teknologi informasi, hingga politikus yang diperkirakan akan mengambil manfaat dari program ini untuk mendongkrak popularitasnya di mata rakyat.

Sungguhlah wajar apabila sebagian kelompok merasa terusik karena harga yang lebih murah untuk jenis barang sama, tentu akan mengganggu keberadaan barang sejenis lainnya yang dijual dengan harga lebih mahal.Kalau mungkin dianggap tabu untuk mengatakan "program bantuan ini akan 'merusak' pasar laptop", beberapa kalangan sudah memprediksi bahwa karya Negroponte dan XO (perusahaan perakitnya) ini akan melemahkan penjualan laptop-laptop yang telah ada di pasaran saat ini.

Seorang peneliti senior di perusahaan riset dan konsultan teknologi informasi Gartner, Brian Gammage, dengan terus terang menyebut kemunculan OLPC ini akan diamati dengan cermat oleh para produsen personal komputer dunia sebab akan menjadi bagian dari porsi pasar yang mereka sedang sasar.

Para produsen PC pun berlomba-lomba membuat "PC" portable alias laptop yang pasarnya tumbuh dengan sangat cepat.Upaya produsen PC itu ternyata tidaklah cukup, karena entah sudah diprediksikan atau belum, para pembuat peralatan portable jenis lain seperti smart phone juga mengikuti langkah mereka, terlebih industri yang kedua ini jauh lebih mahir dalam membuat dan merakit komponen kecil dalam peralatan yang berukuran kecil itu."Perang" pernyataan untuk mempertahankan image (citra) produk yang merasa terancam pun dibangun.

Dengan alasan yang sangat realistis, general manajer di Intel, Willy Agatstein, mengatakan sangat tidak sepadan jika laptop buatan XO dan gadget sejenis keluaran Asus bersama Intel itu dibandingkan dengan laptop berbasis PC yang sudah dikembangkan HP, Dell, Sony, maupun Acer selama ini. Laptop 100 dolar dari XO dan eee PC punya Asus adalah dua alat yang dirancang untuk suatu kegunaan yang unik yakni membantu dunia pendidikan bagi anak-anak di negara berkembang sehingga menonjolkan pertimbangan jangkauan harga dengan spesifikasi dan fungsi yang diseseuaikan (lebih terbatas)."Tidak ada satu ukuran yang pas buat semua," kata Willy.

Sementara Negroponte menanggapi berbagai komentar mengenai langkahnya itu mengatakan akan mengabaikan kritik-kritik mengenai proyeknya itu.SpesifikasiLaptop untuk program "One Laptop Per Child" ini memiliki spesifikasi yang sangat berbeda dengan laptop pada umumnya, sebagaimana dikupas oleh penggagasnya Nicholas Negroponte di internet baru-baru ini.

Untuk memastikan bahwa laptop itu sempurna sebagai peralatan yang mudah dipelihara, beberapa perlengkapan yang mudah dipasang dan dilepas sengaja tidak disertakan.Laptop buatan XO tersebut tidak dilengkapi dengan CD maupun DVD drive. Prosesornya yang berkemampuan rendah juga tidak dilengkapi dengan kipas pendingin. Sementara kapasitas hard drivenya adalah 1 GB, seperti umumnya digunakan kamera digital.

Pengembangan perlengkapan memory dapat dilakukan dengan memanfaatkan slot memory card yang ada di bawah layar atau dengan memasang perangkat melalui port USB (universal serial bus) yang ada di sisi kotak layar. Mengatasi kapasitas hard drive yang hanya 1 GB ini, pengguna yang sasarannya adalah anak-anak sekolah menyimpan file ke dalam komputer server besar yang dipasang di ruang sekolah atau dengan memanfaatkan fasilitas online yang dikembangkan Google, sang mesin pencari raksasa.

Chip prosesor dalam laptop ini adalah buatan AMD yang memiliki kemampuan kecepatan hanya 433 Mhz. Sebagai perbandingan PC terbaru saat ini rata-rata memiliki prosesor berkecepatan di atas 3 Ghz.Prosesornya juga dirancang hemat energi. Berbeda dengan prosesor komputer pada umumnya yang tetap aktif meski tidak ada aktivitas yang tampak di layar, prosesor untuk laptop ini bisa shut down sendiri dan baru aktif ketika dibutuhkan saja. Graphic card dibuat in-built (menyatu dengan komponen utama/mother board).

Perangkat wi-fi adapternya juga tetap bisa berfungsi meski prosesor utamanya sedang tidak aktif. Perangkat wi-fi yang terpasang juga mendukung wireless protocol yang digunakan di kantor-kantor dan rumah.Salah satu bagian laptop itu yang sangat unik adalah komponen untuk power supply (suplai energi). Selain bisa memanfaatkan energi matahari melalui solar panel yang terpasang, laptop ini juga bisa disuplai energi melalui alat engkol yang didesain seperti "yo yo", sedangkan ketika berapa di ruangan berlistrik, laptop ini hanya membutuhkan 18 Watt listrik.

Profesor NegroponteNicholas Negroponte adalah seorang pionir internet, autor, dan pria yang memiliki visi-visi besar dan mulia.Sebagai pendiri dan pimpinan OCPL, sebuah organisasi non-profit, Negroponte telah bekerja keras untuk mengusahakan penggunaan komputer dalam dunia pendidikan di negara-negara miskin di dunia.Sejak 2005 fokus dari proyek Negroponte adalah membuat sebuah laptop inovatif yang akan didistribusikan bagi anak di negara berkembang dengan biaya hanya 100 dolar.

Guru di bidang komputer asal Amerika ini telah memperoleh dua gelar arsitek profesional bidang teknologi dari the Massachusetts Institute of Technology pada 1960-an dan kemudian mendirikan MIT's Architecture Machine Group pada 1968.Pada tahun 1980-an, ia memimpin MIT Media Laboratory, dimana banyak teknologi yang memanfaatkan "revolusi digital" dikembangkan, termasuk komunikasi nirkabel, dan pendekatan progresif mengenai bagaimana anak belajar. Seorang rekannya di MIT, Profesor Ken Morse, menjulukinya sebagai "seorang pemimpin yang tak pernah kenal lelah".Kini kerja keras dan keinginan Negroponte terwujud, keinginannya untuk memfasilitasi penggunaan perangkat teknologi tinggi di kalangan anak-anak negara miskin sudah ia buktikan.Uruguay adalah negara pertama yang menyambut baik program laptop murahnya.

Negara di Amerika Selatan ini membeli 100.000 unit laptop yang digagas Negroponte, untuk dibagikan bagi anak sekolah usia 6 hingga 12 tahun.Selanjutnya pemerintah negara ini kemungkinan akan membeli hingga 300.000 unit untuk bisa menyediakan satu laptop per anak pada 2009.Di Nigeria, laptop OCPL juga sudah dinikmati oleh 300 anak-anak sekolah berkat dukungan Ayo Kusamotu, seorang pengacara dan sukarelawan yang mendukung OCPL di negara Afrika itu.Menyusul Nigeria, sedikitnya 6.500 anak sekolah di daerah Caldas, Kolumbia juga segera mendapatkan laptop ini. Lalu kapan laptop murah tersebut bisa dinikmati anak-anak negara miskin atau berkembang di belahan dunia lain, termasuk Indonesia?
Selengkapnya...

Selasa, 10 Juni 2008



The Netherlands ended a 30-year wait for a victory over Italy in emphatic fashion as they began their Group C campaign with a rousing 3-0 win against the world champions in Berne.

Worst EURO defeatRuud van Nistelrooy side-footed the Oranje ahead in the 26th minute, a lead doubled superbly by his Real Madrid CF colleague Wesley Sneijder soon after. Edwin van der Sar, becoming only the third player to appear in four UEFA European Championships, then kept the advantage intact, leaving Giovanni van Bronckhorst to complete the scoring with a headed third in the 79th minute. The Netherlands can now look forward with confidence to Friday's meeting with France, while Italy must pick themselves up from a worst-ever EURO defeat when they face Romania.

Dutch dominant The early skirmishes gave scant indication of what was to come. Andrea Pirlo dispossessed Van Bronckhorst with an exquisite tackle and freed Antonio Di Natale but his pass lacked the precision to pick out Luca Toni. The FC Bayern München striker did get a glimpse of goal in the 12th minute, rising to flick a header wide from an equally promising position, yet that was about as close as the world champions got in a first half subsequently dominated by Marco van Basten's side. Dirk Kuyt, ever willing on the right flank, outmuscled Gianluca Zambrotta in the 18th minute and slipped a delicious low ball to Van Nistelrooy who touched it beyond the outrushing Gianluigi Buffon but stayed on his feet after making contact with the Italy captain. That was the last act of charity from the Dutch, as Roberto Donadoni's team paid for the concession of a number of free-kicks on the periphery of their area.
Opening goal Sneijder first fizzed one set-piece in from the left which Marco Materazzi headed clear. Then Rafael van der Vaart did likewise from the right, the scrambling Buffon's punched clearance eventually reaching birthday boy Sneijder whose powerful drive from the corner of the box was side-footed in by Van Nistelrooy as the Azzurri defence appealed for offside. Italy went close to levelling from an inswinging corner five minutes later yet were caught flat-footed in the 31st minute when Van Bronckhorst, who had cleared off the line, was able to charge half the length of the field unchallenged.

Probing Sneijder The Feyenoord man made the most of the time afforded him, pinging a perfect crossfield ball to Kuyt whose cushioned header was spectacularly hooked inside Buffon's near post by the leaping Sneijder. Italy's three-man midfield of Gennaro Gattuso, Pirlo and Massimo Ambrosini could not contain Sneijder as he probed the left side, creating space for Van Bronckhorst. The full-back was able all too easily to dissect an Azzurri back line missing injured captain Fabio Cannavaro with a pass that released Van Nistelrooy on goal. Buffon stood tall, however, clipping the shot over with his feet.

Van der Sar saves Italy sought a way back into the match after the break. Substitute Alessandro Del Piero failed to profit from two half-chances before Toni lofted a shot over when free on the penalty spot on 76 minutes. Van der Sar then foiled Fabio Grosso at close range before diving at full stretch to keep out a Pirlo free-kick, leaving Van Bronckhorst to wrap things up at the other end following smart work by Kuyt. The last time the Netherlands beat Italy they went on to reach the 1978 FIFA World Cup final – a lucky omen as they look to claim a first European crown since their coach volleyed them to glory in 1988
Selengkapnya...

Senin, 09 Juni 2008

Who will advance from Group C?


The 2006 FIFA World Cup finalists meet again as do Romania and Netherlands sides with high ambitions of their own. France kick off against Romania in Zurich while Italy take on the Netherlands in Berne. Something has to give in the toughest of sections. Who will come out on top?

France The mood in the French camp has been one of cautious optimism this week. Les Bleus travelled to Zurich in good spirits ahead of Monday's game with Romania but with doubts hanging over the fitness of two influential players. Captain Patrick Vieira only returned to training on Thursday after a thigh injury and has been ruled out of the opening match by coach Raymond Domenech, while Thierry Henry is nursing a minor knock. Much will be expected of Olympique Lyonnais duo Karim Benzema, who will start in attack alongside Henry or Nicolas Anelka, and Jérémy Toulalan, the man poised to step into Vieira's boots.

Romania Having utilised 39 players in qualification, Romania coach Victor Piţurcă is clearly a man who likes to shuffle his pack. He says he has 13 or 14 players who can play from the first minute against France and will make his final selection on the day of the match. However, Piţurcă has hinted captain Cristian Chivu is likely to continue in midfield as the Tricolorii go in search of a result that would allow the outsiders to dream of progressing from the hardest group of all.

Italy Italy's defensive concerns looked to have deepened on Friday when Christian Panucci pulled up in training, but he was in ebullient mood the following day, insisting his knee knock would not keep him from the challenge of marking Arjen Robben. The Netherlands forward's subsequent groin injury will have come as a boost to the Azzurri, whose reshuffled defence, in the absence of Fabio Cannavaro, looks likely to include a largely untried partnership of Marco Materazzi and Andrea Barzagli. The Italy camp, though, is serene; with an assuredness borne of World Cup winners they will be confident of scoring against a brittle Dutch rearguard.
Netherlands Coach Marco van Basten is not expected to reveal his lineup until just before the match, saying that other than Edwin van der Sar and Ruud van Nistelrooy all his options are open. Robben was another certain starter until picking up his groin injury, so the puzzle is even more complicated now. Van Basten might risk Robin van Persie, newly returned from injury, while Ibrahim Afellay and Dirk Kuyt are also candidates. Demy de Zeeuw faces competition from Nigel de Jong for the holding role, and John Heitinga could even step forward into midfield. If Mario Melchiot is fit to play at right-back, André Ooijer could move into the centre. Much for the coach to ponder ahead of such a crucial game.
Selengkapnya...

Senin, 02 Juni 2008

Sindrom Bea dan Cukai

BEA dan Cukai kini menjadi sorotan publik lagi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan inspeksi mendadak di Kantor Bea Cukai Tanjung Priok menemukan ratusan juta uang sogok di meja-meja pegawai. Uang sogok itu dimaksudkan untuk berbagai keperluan.
Terutama untuk memperlancar arus barang. Namun, ada juga sogok agar barang yang seharusnya kena pajak dibebaskan. Uang sogok ratusan juta--dan diperkirakan jumlahnya banyak dan beragam--dimaksudkan untuk membeli keperluan sesuai dengan kehendak pemberi. Korupsi dan manipulasi dokumen di Bea dan Cukai pantas disebut sindrom. Karena dia--seperti penyakit--tidak lagi dipicu oleh penyebab tunggal. Tetapi oleh banyak faktor.
Faktor yang begitu banyak itulah yang menyebabkan penyembuhan menjadi sulit. Mirip penyakit mematikan HIV/AIDS yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Menyedihkan sekaligus menyebalkan. Menyedihkan karena sindrom itu terjadi di Bea dan Cukai. Dapur yang sangat vital bagi penerimaan negara dan kelancaran arus barang yang memberi pengaruh besar pada dinamika pertumbuhan ekonomi.
Padahal, Bea Cukai adalah salah satu direktorat yang berada di Departemen Keuangan. Departemen yang telah mengumandangkan reformasi birokrasi dan dinilai sukses. Sukses karena mereka dari sisi gaji pegawai dibayar lebih tinggi. Menyebalkan karena korupsi yang tiada hentinya di Bea dan Cukai memperlihatkan kejahatan yang luar biasa terhadap kepentingan publik. Itulah direktorat yang paling kotor, tetapi sulit dibersihkan. Korupsi di Bea dan Cukai sudah menjadi penyakit keturunan.
Di era Orde Baru, ketika korupsi menjadi kesepakatan kolektif birokrasi, korupsi di Bea dan Cukai dianggap keterlaluan. Artinya korupsi di instansi itu melampaui batas toleransi sebuah rezim yang korup.
Begitu hebatnya korupsi di Bea dan Cukai sampai-sampai pada pertengahan 1980-an, pemerintah membekukan Bea dan Cukai dan memercayakan pekerjaan itu kepada instansi asing, yaitu SGS dari Swiss. Atas dasar nasionalisme dan harga diri bangsa yang dihembuskan terus-menerus, tugas SGS dihentikan. Bea dan Cukai dihidupkan kembali untuk memulihkan harga diri bangsa. Namun, sindrom itu muncul kembali. Bukan baru sekarang, melainkan sudah sejak lama.
Kalau korupsi telah menjelma menjadi sindrom, penyakitnya bukan lagi penyakit individual atau oknum, melainkan penyakit kolektif dan sistemik. Karena itu, dibutuhkan pembasmian kolektif dan sistemik pula. Termasuk menghapus birokrasi yang berbelit-belit dalam pengurusan dokumen impor dan ekspor.
Dirjen Bea dan Cukai, Menteri Keuangan, dan pemerintah pada umumnya harus malu dengan budaya kerja yang sangat korup di Bea dan Cukai. Tidak bisa lagi bersikap permisif terhadap kejahatan di sana.
Rombak sistem kerjanya, ganti pejabatnya, dan inspeksi mendadak yang selalu dilakukan. Salut pada KPK yang mulai membidik institusi-institusi pelayanan. Salut karena di sanalah korupsi bersarang.
Selengkapnya...

TAK TERPISAH KITA OLEH WAKTU , DEMI RINDU, CITA-CITA DAN KEBERSAMAAN KITA, MARI MELALUI MEDIA INI KITA BERSUA DIMANAPUN BERADA

Swadaya Corner