Tentu para blogger bertanya-tanya, kenapa kok bisa? Secara matematika 50% ditambah dengan 20% adalah 70%, dalam hal ini ada kejadian yang lumayan untuk diperhatikan bagi para blogger yang hendak belanja di supermarket atau mall. Akhir-akhir ini marak setiap pojok supermarket atau mall menawarkan berbagai macam diskon dan trik-triknya, jadi coba benar-benar teliti dahulu sebelum membeli barang yang didiskon, dan jangan cepat tergiur oleh tulisan-tulisan diskon.
Begini kejadiannya, Sabtu kemaren saya berjalan-jalan dengan keluarga ke sebuah pusat perbelanjaan di kota Bekasi, iseng-iseng saya dan keluarga mampir ke tempat sepatu, ditempat counter sepatu “yongki komaladi” tertulis diskon 50% + 20%, ketika saya melihat tulisan tersebut saya hanya berfikir barang yang terpajang didiskon 70%, istri saya tertarik dengan salah satu sepatu yang ada disana, ketika melihat label harga, tertulis Rp179.000,- , ketika saya hitung secara kasar sekitar kurang dari Rp60.000,-, akhirnya karena saya dan istri saya menilai harga sepatu yang murah maka berdua sepakat untuk mengambil sepatu tersebut untuk istri saya.
Setelah berada dikasir, ternyata angka yang ada desktop kasir menunjukkan angka Rp71.600,-, saya merasa heran dan istri saya juga menanyakan kepada penjaga kasir tersebut untuk menanyakan kembali apakah harga dan hitungannya sudah benar, dan kasir menjawab sudah benar.
Ketika saya sampai dirumah, saya penasaran dan membuka computer untuk meyakinkan apakah hitungan harga sepatu yang dibeli sudah benar, dan akhirnya saya bisa menemukan bedanya 50% + 20% dengan 70%, ini hitungannya:
Jika 70%
Harga Awal Rp179.000,-
Diskon 70% Rp125.300
Harga setelah didiskon {(Rp179.000,-)-(Rp125.300,-)} = Rp53.700,-
Jika 50% + 20%
Untuk diskon 50%
Harga Awal Rp179.000,-
Diskon 50% Rp89.500,-
Harga setelah diskon 50% {( Rp179.000,-)-( Rp89.500,-)} = Rp89.500,-
Untuk diskon 20%
Harga Awal Rp89.500,-
Diskon 20% Rp17.900,-
Harga setelah diskon 20% {( Rp89.500,-)-( Rp17.900,-)} = Rp71.600,-
Jadi harga setelah diskon 50%+20% adalah Rp71.600,-
Nah ketahuan kan perbedaanya, mudah-mudahan sedikit informasi ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan yang hendak berbelanja ke mall atau swalayan lainnya, untuk bisa lebih berhati-hati dan teliti akan tawaran-tawaran diskon tertentu, karena berbagai trik ditawarkan oleh para produsen, dengan maksud merubah imej mahal menjadi lebih murah, coba saja bayangkan ketika Anda melihat diskon 50% + 20%, terbersit dalam pikiran kita adalah diskonnya sebesar 70%, setelah dihitung selisihnya hampir mencapai 20 ribuan rupiah, bagi yang kurang teliti seperti saya tentu akan terjebak dengan pemikiran 50% + 20%=70%.
Trik lain yang biasa saya jumpai adalah selisih harga 1 rupiah, misal harga baju Cuma Rp99.999,- padahal ketika sampai dikasir, kita tetap membayar Rp100.000,-, ini adalah salah satu taktik untuk merubah imej menjadi lebih murah, ketika kita membandingkan harga baju dengan kualitas yang sama dengan harga Rp100.000,- tentu sense kita menilai bahwa baju tersebut berada dalam kisaran 100 ribuan (6 digit), berbeda dengan yang mempunyai harga Rp99.999,- tentu sense kita menilai harga baju tersebut berada dalam kisaran 90 Ribuan(5 digit), padahal hanya selisih Rp1,- (satu rupiah).
Mungkin konsep-konsep seperti ini merupakan ide kreatif dari strategi pemasaran perusahaan produsen, kalau dalam Djarum Blackinnovationsaward, ide-ide kreatif ini mungkin juga lho bisa meraih simpati para juri dalam kompetisi tersebut untuk memberi point tinggi, sehingga ide tersebut bisa menjadi juara pada kompetisi tahun ini, tapi setahu saya Djarum Blackinnovationsaward kali ini, belum melombakan ide yang bersifat abstrak, tetapi lebih kepada barang yang memiliki multi fungsi, tapi bagi konsumen, ide ini lebih kearah yang merugikan, sehingga perasaan menyesal setelah membeli tidak dapat terhindarkan.
Bukan bermaksud untuk black campaign produk tertentu, atau perusahaan tertentu, tetapi apa yang saya paparkan diatas merupakan realita yang dirasakan oleh setiap konsumen,, dan konsumen itu sendiri ketika menghadapi situasi seperti diatas, tidak semuanya menyadari akan trik tersebut, mudah-mudahan setelah membaca cerita diatas, para konsumen sedikit lebih memahami konsep-konsep ekonomi yang kurang menguntungkan konsumen tersebut.
Begini kejadiannya, Sabtu kemaren saya berjalan-jalan dengan keluarga ke sebuah pusat perbelanjaan di kota Bekasi, iseng-iseng saya dan keluarga mampir ke tempat sepatu, ditempat counter sepatu “yongki komaladi” tertulis diskon 50% + 20%, ketika saya melihat tulisan tersebut saya hanya berfikir barang yang terpajang didiskon 70%, istri saya tertarik dengan salah satu sepatu yang ada disana, ketika melihat label harga, tertulis Rp179.000,- , ketika saya hitung secara kasar sekitar kurang dari Rp60.000,-, akhirnya karena saya dan istri saya menilai harga sepatu yang murah maka berdua sepakat untuk mengambil sepatu tersebut untuk istri saya.
Setelah berada dikasir, ternyata angka yang ada desktop kasir menunjukkan angka Rp71.600,-, saya merasa heran dan istri saya juga menanyakan kepada penjaga kasir tersebut untuk menanyakan kembali apakah harga dan hitungannya sudah benar, dan kasir menjawab sudah benar.
Ketika saya sampai dirumah, saya penasaran dan membuka computer untuk meyakinkan apakah hitungan harga sepatu yang dibeli sudah benar, dan akhirnya saya bisa menemukan bedanya 50% + 20% dengan 70%, ini hitungannya:
Jika 70%
Harga Awal Rp179.000,-
Diskon 70% Rp125.300
Harga setelah didiskon {(Rp179.000,-)-(Rp125.300,-)} = Rp53.700,-
Jika 50% + 20%
Untuk diskon 50%
Harga Awal Rp179.000,-
Diskon 50% Rp89.500,-
Harga setelah diskon 50% {( Rp179.000,-)-( Rp89.500,-)} = Rp89.500,-
Untuk diskon 20%
Harga Awal Rp89.500,-
Diskon 20% Rp17.900,-
Harga setelah diskon 20% {( Rp89.500,-)-( Rp17.900,-)} = Rp71.600,-
Jadi harga setelah diskon 50%+20% adalah Rp71.600,-
Nah ketahuan kan perbedaanya, mudah-mudahan sedikit informasi ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan yang hendak berbelanja ke mall atau swalayan lainnya, untuk bisa lebih berhati-hati dan teliti akan tawaran-tawaran diskon tertentu, karena berbagai trik ditawarkan oleh para produsen, dengan maksud merubah imej mahal menjadi lebih murah, coba saja bayangkan ketika Anda melihat diskon 50% + 20%, terbersit dalam pikiran kita adalah diskonnya sebesar 70%, setelah dihitung selisihnya hampir mencapai 20 ribuan rupiah, bagi yang kurang teliti seperti saya tentu akan terjebak dengan pemikiran 50% + 20%=70%.
Trik lain yang biasa saya jumpai adalah selisih harga 1 rupiah, misal harga baju Cuma Rp99.999,- padahal ketika sampai dikasir, kita tetap membayar Rp100.000,-, ini adalah salah satu taktik untuk merubah imej menjadi lebih murah, ketika kita membandingkan harga baju dengan kualitas yang sama dengan harga Rp100.000,- tentu sense kita menilai bahwa baju tersebut berada dalam kisaran 100 ribuan (6 digit), berbeda dengan yang mempunyai harga Rp99.999,- tentu sense kita menilai harga baju tersebut berada dalam kisaran 90 Ribuan(5 digit), padahal hanya selisih Rp1,- (satu rupiah).
Mungkin konsep-konsep seperti ini merupakan ide kreatif dari strategi pemasaran perusahaan produsen, kalau dalam Djarum Blackinnovationsaward, ide-ide kreatif ini mungkin juga lho bisa meraih simpati para juri dalam kompetisi tersebut untuk memberi point tinggi, sehingga ide tersebut bisa menjadi juara pada kompetisi tahun ini, tapi setahu saya Djarum Blackinnovationsaward kali ini, belum melombakan ide yang bersifat abstrak, tetapi lebih kepada barang yang memiliki multi fungsi, tapi bagi konsumen, ide ini lebih kearah yang merugikan, sehingga perasaan menyesal setelah membeli tidak dapat terhindarkan.
Bukan bermaksud untuk black campaign produk tertentu, atau perusahaan tertentu, tetapi apa yang saya paparkan diatas merupakan realita yang dirasakan oleh setiap konsumen,, dan konsumen itu sendiri ketika menghadapi situasi seperti diatas, tidak semuanya menyadari akan trik tersebut, mudah-mudahan setelah membaca cerita diatas, para konsumen sedikit lebih memahami konsep-konsep ekonomi yang kurang menguntungkan konsumen tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar