DI PERSILAKAN BAGI TEMEN-TEMEN YANG INGIN MEMPOSTING KOMENTAR ATAS ARTIKEL YANG DIPAMPANG DI BLOG INI, SAYA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS KOMENTAR DAN MASUKANNYA

Rabu, 24 November 2010

Upin-Ipin, Sang Penjajah Kreatif

Kita harus mengakui bahwa saat ini negeri tetangga yang satu ini memang lebih kreatif dibandingkan negeri tercinta kita Indonesia. Jika ada khabar bahwa Malaysia banyak belajar dari kita akan industri perminyakan, mereka belajar banyak dari kita mengenai pemerintahan, meng-impor dosen-dosen berkualitas yang terbaik dari negeri ini, dan lain sebagainya seolah-olah bangsa kita ini jauh lebih pintar dari mereka, ternyata itu semua hanyalah sedikit cerita untuk menutupi kekalahan persaingan bangsa ini dengan bangsa-bangsa lain.

Kita punya keanekaragaman budaya yang tidak dimiliki bangsa lain, tapi kita tidak bisa mengurusnya, kita memiliki banyak pulau-pulau kecil yang indah tapi kita tidak bisa menjaganya, kebanyakan dari kita memang tidak mau belajar hal kecil dari manapun sumber ilmu itu berada. Faktanya Negeri Jiran yang kita kenal sebagai plagiator, pencuri budaya kita, tapi mereka lebih maju dari segi ekonomi, Petronas yang mendunia yang jauh dari masalah seperti Pertamina dan Pendidikan yang lebih berkualitas sebagai contoh kecilnya.


Bedanya adalah walaupun Plagiator ataupun pencuri budaya, mereka lebih maju dan kreatif dibanding bangsa kita, mereka mau meniru negera lain tapi mereka mengembangkan apa yang ditirunya, mereka mencuri budaya kita, tapi mereka pintar mempublikasikan ke dunia, alam mereka tidak lebih indah dan budaya mereka tidak lebih menarik tapi mereka lebih pandai menarik simpati dunia untuk menikmati alam dan budayanya.


Upin-Ipin memiliki rating tontonan keluarga yang tinggi di Inodesia, kenapa? Jika kita sempat menonton serial upin-ipin tentu kita bisa melihat kelebihan kualitas disbanding produksi Indonesia, misal, dari ceritanya, Upin Ipin memiliki cerita yang sederhana, mudah dicerna dan menarik terutama bagi anak-anak, coba bandingkan dengan sinetron kita. Dari visualisasi kartun, coba bandingkan dengan serial kartun Indonesia yang pernah tayang di televise, Jika Anda pernah menonton kartun Gatot Kaca atau Arjuna, sangat jauh disbanding Upin Ipin dimana tingkat kekakuan gerak kartun Indonesia masih sangat tampak terlihat.

Tapi menurut saya yang lebih kreatif dan berbahaya adalah efek dari ceritanya, sebagian besar yang menonton Upin-Ipin adalah anak-anak, dimana memori dan ingatan anak-anak jauh lebih kuat disbanding orang dewasa, coba saja ketika kita kecil menonton serial Unyil, ketika kita ditanya sosok pak ogah kita langsung teringat dengan sosok laki-lagi dengan kepala botak, ketika kita ditanya pak raden kita mengenalnya dengan sosok bapak-bapak yang galak dan berkumis, ketika kita ditanya bu Bariah tentu kita mengenalnya sebagai sosok ibu-ibu penjual rujak dengan logat yang khas dari Madura.


Coba kita tilik sedikit di Upin-Ipin, ada sekilas adegan yang tayangkan bahwa ada sesosok dalang dalam ceritanya yang berasala dari negeri jiran tersebut, yang berarti menunjukkan bahwa dalang itu merupakan budaya mereka. Anak-anak kita yang masih kecil tentu tidak tau menahu ada perseteruan budaya antara bangsa ini dengan negeri jiran, yang kita takutkan adalah ketika anak-anak kita kurang memahami budaya kita, ketika ditanya darimana dalang itu berasal, tentu yang pernah melihat Upin-Ipin mereka menjawab dalang adalah budaya Malaysia, karena yang terlintas dibenak mereka adalah apa yang telah mereka tonton.


Bukan maksud saya sebagai kampanye negatif atas kartun Upin-Ipin, tapi lebih menggugah mengapa bangsa ini tidak bisa menciptakan sesuatu seperti halnya kartun Upin-Ipin yang menonjolkan kebudayaan mereka dan di susun secara apik sehingga menjadi tontonan keluarga yang mendidik dan bermutu, terus teran saya lebih mengijinkan anak-anak saya menonton Upin-Ipin dibandingkan menonton sinetron Indonesia. As a great nation, we should not feel ashamed to learn from other nations, if Malaysia is currently more advanced nation, why dont we learn from their progress! Jayalah Terus Bangsaku Indonesia.


Selengkapnya...

Senin, 22 November 2010

Aku Membenci Kamu, Lebih dari Yang Kau Tahu

Membangun sebuah kepercayaan menjadi sebuah keniscayaan apabila setiap individu memiliki keinginan kuat untuk meraihnya, sebagaimana negeri ini yang memiliki kepercayaan minim dari komunitas dunia, mungkin karena sedikit sekali element bangsa ini yang memiliki itikad untuk membangunnya.

Untuk satu contoh, membaca berita di sebuah media online beberapa hari lalu bahwa terkait meletusnya gunung merapi, beberapa penerbangan asing lebih mempercayai data dan prediksi dari badan Negara asing dibandingkan dengan data yang dikeluarkan Badan Meteorologi dan Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bangsa Indonesia.

Pribadi saya sendiri adalah pribadi yang eksklusif, sedari kecil saya sulit untuk mempercayai orang, sehingga temen-temen menyebutku sebagai orang yang kurang gaul. Saya hanya membuka permasalahan-permasalahan pribadi kepada orang-orang yang memang benar-benar saya percayai dan saya lebih memilih menyelesaikan permasalahan itu sendiri dengan memohon bantuan dari yang memiliki kehidupan ini.

Sifat yang paling saya benci dalam pergaulan adalah ingkar janji, berbohong dan tidak tepat waktu, toleransi dalam diri ini sepertinya sangat minim untuk tiga hal tersebut, sehingga dahulu saya sangat membenci orang-orang yang memiliki sifat tersebut, terkadang orang-orang terdekatku yang ternyata saya mengetahui mereka melakukan salah satu sifat tersebut, terpaksa saya jauhi.

Seiring waktu berjalan, saya menyadari bahwa tidak selamanya dunia ini sesuai dengan harapan, terkadang mulut ini susah sekali untuk mengucapkan kata-kata, sekedar menyapa atau bercakap dengan orang-orang yang memiliki sifat tadi, jadi mohon maaf kepada temen-temen yang pernah saya “diemin”, entah mereka meyadari atau tidak, ketika saya enggan menyapa Anda, atau bahkan tidak menyahut atas obrolan anda itu berarti Anda telah melakukan ingkar janji, berbohong atau tidak tepat waktu.

Toleransi yang sedikit terhadap 3 sifat itu, saya akui sulit untuk saya rubah, bahkan dalam diri ini sebenarnya memiliki keinginan kuat untuk merubahnya, karena saya menyadari bahwa sebagian besar teman-teman dilingkungan saya melakukan hal tersebut. Saya hanya berdoa semoga diri ini, keluargaku termasuk anak-anakku, dan teman-teman terjauh dari sifat tersebut.

Tiga hal tersebut menurut saya adalah pilar kepercayaan, ketika seseorang berjanji mengenai sesuatu, kemudian dia mengingkarinya, menurut saya adalah mereka sedang melakukan hal yang memupuskan sedikit demi sedikit kepercayaan orang terhadapnya, ketika seseorang berbohong atau berdusta atas sesuatu, saya kira dia telah membuang jauh nilai kebenaran dan kepercayaan, begitu pula tidak tepat waktu.

Jadi maafkan saya teman, bahwa saya membenci kamu lebih dari yang kau tahu, ketika engkau melakukan hal tersebut, mohon maaf apabila saya tidak memiliki kepercayaan terhadap anda, tapi sekali lagi saya hanya berdoa semoga suatu saat Anda bisa merubahnya. Bagaimana bangsa lain percaya kepada kita, sedangkan pribadi-pribadi kita sendiri sebagai elemen bangsa, jauh dari membangaun sebuah kepercayaan.

Forgive me about everything, only the fine print of this mind, jayalah terus bangsaku Indonesia
Selengkapnya...

Rabu, 03 November 2010

Lowongan PNS di BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geoflsika (BMKG) adalah Lembaga Pemerintahan Non Kementerian yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika, berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : .290/M.PAN/2010 tanggal 11 Oktober 2010.

BMKG pada Tahun Anggaran 2010 membuka kesempatan bagi putra putri terbaik Bangsa yang memiliki integritas dan komitmen tinggi untuk menjadi Pegawai BMKG melalui Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III.

Bagi rekan-rekan yang berminat atau ingin memperoleh informasi lebih lanjut silakan
klik disini Selengkapnya...

TAK TERPISAH KITA OLEH WAKTU , DEMI RINDU, CITA-CITA DAN KEBERSAMAAN KITA, MARI MELALUI MEDIA INI KITA BERSUA DIMANAPUN BERADA

Swadaya Corner